Menggambar sudah seperti soulmate bagi saya.
Oleh:
Anida Khairiyyah
Nama saya Anida Khairiyyah, lahir pada tanggal 9 Maret 2006. Minat saya dalam seni menggambar sudah muncul sejak masa kecil. Ketika masih kecil, saya sering mengikuti ibu saya ke pengajian. Untuk menghindari kegelisahan saya, ibu memberi saya selembar kertas dan sebuah pulpen, membiarkan saya berkreasi dengan imajinasi saya sendiri. Meskipun hanya sekadar coretan asal layaknya anak kecil, dari situlah saya mulai merasakan ketertarikan dalam seni menggambar.
Pada
masa Taman Kanak-kanak, saya mulai mencoba mengikuti lomba mewarnai. Meskipun
tidak menjadi pemenang, saya tetap mengikutinya dengan antusiasme. Berbagai
buku mewarnai yang saya punya, saya manfaatkan untuk menggambar di lembar yang
kosong pada buku tersebut, walaupun gambaran saya masih berantakan, namun tidak
mengapa, karena itu adalah bagian dari proses menggambar saya.
Ketika
saya memasuki bangku Sekolah Dasar, saya aktif mencorat-coret di buku tulis dan
hampir menghabiskan satu buku penuh dengan coretan saya yang menggunakan
pulpen. Hal itu membuat saya mempunyai koleksi banyak buku tulis yang isinya
bukan tulisan, melainkan gambaran. Di jenjang ini saya menunjukkan bakat
menggambar dan mewarnai melalui pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di
sekolah. Saya sangat senang ketika guru meminta karya saya setelah melihat
hasil karya gambar saya.
Beranjak
ke jenjang berikutnya, yaitu Sekolah Menengah Pertama. Disini, perkembangan
saya tidak begitu pesat, dikarenakan saya masih menggambar dengan sesuka hati
saya tanpa memperdulikan anatomi atau proporsi gambar. Saya sempat mencoba hal
baru seperti membuat komik singkat tentang Covid-19, menggunakan cat air untuk
pertama kali, dan hal baru lainnya. Di jenjang ini saya belum serius ingin meningkatkan
kemampuan menggambar saya.
Sampai
akhirnya, saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, saya mulai serius untuk
mengembangkan bakat menggambar saya dengan mempelajari anatomi tubuh, membuat
sketsa, mewarnai, mencoba Seni Digital, bahkan melatih diri dengan membuat satu
gambar tiap hari, walau sekadar coretan tidak jelas, hal itu memengaruhi dalam
perkembangan menggambar saya. Dari situ, kemampuan saya berkembang pesat,
sehingga saya bisa menggambar dengan mudah apa pun yang saya inginkan. Meskipun
akhir-akhir ini sudah jarang membuat satu gambar setiap hari, kemampuan
menggambar saya tidak hilang begitu saja.
Namun,
seiring berjalannya waktu, ketika saya memasuki fase akhir sebagai siswi
Sekolah Menengah Atas, saya justru tidak memilih bidang seni untuk melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah. Saya beranggapan bahwa saya mungkin
akan menghadapi kesulitan atau tidak akan menemukan ketenangan dalam
menggambar, sehingga membuat saya berpikir bahwa bakat saya bisa menjadi beban
dan bukan minat saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tidak memilih
bidang seni sebagai jurusan kuliah saya nanti. Meskipun begitu, saya masih
ingin terus menggambar sebagai ekspresi bakat atau mengisi waktu luang.
Untuk
masa yang akan datang, saya ingin bakat saya terus berkembang, menjadikan saya
bercita-cita menjadi seorang seniman di antara banyak cita-cita yang saya
inginkan. Impian saya termasuk membuka art gallery milik sendiri,
melukis di luar ruangan, menggambar atau melukis di kanvas besar, dan lain-lain.
Saya ingin menemukan kedamaian dan ketenangan ketika saya menggambar. Begitulah
kisah hidup saya mengenai menggambar yang sudah dianggap sebagai soulmate
bagi saya.